Kamis, 03 Februari 2022

Maria oh Maria

 


Pace e Bene fratelli. 

Totus Tuus  motto kerasulan St. Bapa Paus Yohanes Paulus IIMotto ini berarti "sepenuhnya milikmu" dan menunjukkan devosinya kepada Maria yang sangat kuat, serta rasa hormatnya pada Santo Louis de Montfort beserta karya-karya Mariologi-nya. 

Menurut Surat Apostolik-nya Rosarium Virginis Mariae ia meminjam motto tersebut dari doa konsekrasi pada Maria yang ditemukannya di dalam buku "Devosi Sejati kepada Maria" karya Santo Louis de Montfort. Naskah lengkap dari doa tersebut dalam Bahasa Latin adalah: "Tuus totus ego sum, et omnia mea tua sunt" ("Aku adalah sepenuhnya milik-Mu, dan semua yang kupunya adalah milik-Mu"). Paus Yohanes Paulus II pernah menceritakan kembali bagaimana ketika masih sebagai seorang murid seminari muda ia "membaca dan membaca kembali berulang kali serta mendapatkan manfaat rohani yang luar biasa" beberapa tulisan Santo Louis de Montfort, dan bahwa:

"Kemudian aku mengerti bahwa aku tidak dapat meniadakan Bunda Allah dalam hidupku tanpa mengabaikan kehendak Tuhan yang Trinitas" 

Dalam hidup kita sbg umat Kristiani,kita pun tdk serta merta melepaskan peran Bunda Maria dlm setiap langkah hidup kita, semasa Tuhan kita Yesus Kristus di dunia Dia pun juga sering tidak bisa lepas dr peran Bunda Maria mulai saat Dia lahir sampai Ia bangkit mulia mengalahkan maut dan dosa.  

Tempatkanlah Bunda Maria pada posisi sentral di tengah hidup kita jadikanlah Maria sbg andalan kita utk datang pada Allah Bapa. Dia akan senantiasa hadir bagi kita bersama doa²nya, dengan demikian kita pun setiap hari akan merasakan kasih dan penyelenggaraan Ilahi di tengah hidup kita. 

Kita adalah milik Allah dlm Kristus Yesus, sebab Kristus sendiri jg milik Allah (1Kor 3:23) terlebih Maria dia jg milik Allah, dlm Maria terciptalah karya keselamatan bagi segenap makhluk di dunia yg di wujudkan oleh pengurbanan Kristus di jalan salib. 

Mengenai Bunda Maria, St. Fransiskus Assisi pernah menegaskan hal yg demikian :“Aku, Saudara Fransiskus, orang kecil ini, mau mengikuti hidup dan kemiskinan Tuhan kita Yesus Kristus Yang Mahatinggi serta ibu-Nya yang tersuci, dan mau bertekun di dalamnya hingga akhir.” [PesAkh 1] 

Tulisan Santo Fransiskus di atas, yang dipetik dari ‘Pesan Akhir untuk Santa Klara’, secara ringkas menggambarkan devosi orang kudus ini kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria. Dengan satu kalimat ini, Fransiskus mencanangkan dua aspek hakiki hidup para pengikutnya, yaitu sentralitas dari  ‘mengikuti jejak Yesus Kristus’, dan implikasi yang kuat dan tak terhindarkan dari Santa Perawan Maria dalam pribadi, hidup dan ‘takdir’ Yesus dari Nazaret. [GL I, hal. 102][1] 

Sesuai dengan bukti-bukti yang selama ini telah berhasil ditemukan dalam sumber-sumber Fransiskan, maka devosi kepada Bunda Maria adalah sebuah bagian integral dari kehidupan spiritual Santo Fransiskus [AW, hal. 136]. Dari pembacaan berbagai riwayat hidup awal tentang Fransiskus dan dari tulisan-tulisannya sendiri kita dapat melihat, bahwa Santa Perawan Maria, Bunda Allah menempati tempat yang istimewa dalam kehidupan orang kudus ini. Fransiskus mempertalikan rahmat panggilannya sendiri dengan Bunda Maria. Melalui Maria-lah Fransiskus memperoleh wawasan yang jelas mengenai sifat dari cara hidup baru yang diwahyukan oleh Kristus kepadanya.  

Bunda Maria sendiri telah dihormati sepanjang masa dengan berbagai gelar yang diberikan kepadanya oleh umat (Gereja) dari abad ke abad. Dari tulisan-tulisannya sendiri, teristimewa dalam doa-doanya, dan dari apa yang diceritakan dalam beberapa riwayat hidupnya yang awal, Fransiskus pun menyebut/menyapa Maria dengan menggunakan sejumlah gelar yang berbeda-beda, rupa-rupa gambaran Maria, namun saling melengkapi satu sama lain. 
Kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih jernih tentang relasi unik antara Fransiskus dengan Maria, apabila kita dapat menentukan bagaimana dia mengalami pengaruh Maria dalam kehidupan spiritualnya. Tulisan ini mencoba menggambarkan secara relatif singkat hidup devosional Fransiskus kepada  Bunda Maria, lewat bacaan-bacaan dan permenungan atas hidup orang kudus ini seperti dilukiskan dalam riwayat hidupnya yang awal, dan juga berdasarkan tulisan-tulisannya, termasuk doa-doanya.  
Beberapa gambaran hidup devosional Santo Fransiskus kepada Bunda Maria seperti terdapat dalam beberapa riwayat hidupnya yang awal 
Salah satu gambaran devosi Fransiskus kepada Bunda Maria diberikan oleh Beato Thomas dari Celano sebagai berikut: 
Terhadap bunda Yesus ia dipenuhi dengan suatu cinta kasih yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, karena dialah (= Maria) yang membuat Tuhan Yang Maha Agung menjadi Saudara kita. Ia (= Fransiskus) melambungkan puji-pujian khusus kepadanya, menghaturkan doa-doa kepadanya, mempersembahkan afeksinya kepadanya sedemikian banyak dan begitu agung sehingga lidah manusia tidak dapat menceritakan segalanya itu. Namun yang sangat menyenangkan kita adalah, bahwa dia membuat Maria sebagai pembela dari ordo dan menempatkan anak-anaknya yang segera akan ditinggalkan olehnya (= Fransiskus) di bawah naungan sayapnya (= Maria), sehingga dia dapat menghargai dan melindungi mereka sampai akhir [2Cel 198; bdk. LegMaj IX:3].
Santo Bonaventura menceritakan, bahwa setelah menyelesaikan perbaikan gereja San Damiano, maka  untuk menghindarkan diri dari sifat malas, Fransiskus pun mulai mengerjakan perbaikan gereja Santo Petrus yang letaknya agak lebih jauh dari kota Assisi, karena devosinya yang khusus kepada Pangeran para Rasul itu (Petrus) [lihat LegMaj II:7]. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di gereja Santo Petrus, Fransiskus datang ke suatu tempat yang dinamakan Portiuncula. Di tempat ini ada sebuah gereja tua yang didedikasikan kepada Santa Perawan Bunda Allah. Pada waktu Fransiskus datang ke situ, gereja itu sudah ditinggal kosong tak terurus. Dengan kata-katanya sendiri Bonaventura melanjutkan: 
Fransiskus mempunyai devosi secara istimewa kepada Ratu dunia, dan ketika dia melihat, bahwa gereja itu sudah ditinggalkan tak terurus, maka dia mulai berdiam di situ secara tetap agar dapat memperbaikinya. Ia mendengar, bahwa malaikat-malaikat seringkali mengunjungi gereja itu [bdk. 1Cel 106], maka gereja itu biasa disebut  gereja ‘Santa Maria para malaikat’, dan ia mengambil keputusan untuk diam di situ secara permanen, karena rasa hormatnya terhadap para malaikat dan cintanya kepada Bunda Kristus. Ia mencintai tempat ini lebih daripada tempat-tempat lain di dunia. Di sinilah ia memulai hidup religiusnya secara kecil-kecilan; di sini dia membuat kemajuan luar biasa, dan ke sini pula dia datang kembali untuk suatu akhir yang membahagiakan. Menjelang ajalnya, dia mempercayakan tempat ini kepada para saudara, karena tempat ini adalah tempat amat tersayang bagi Santa Perawan [LegMaj II:8; bdk. 1Cel 88 dan 106].
Dari petikan tulisan Bonaventura ini kita dapat melihat, bahwa ada beberapa gelar Maria yang disebutkan, yaitu ‘Ratu dunia’, ‘Santa Maria para malaikat’, ‘Bunda Kristus’ dan ‘Santa Perawan’. Gelar-gelar yang diberikan seorang pengikut Fransiskus (Bonaventura) kepada Maria dalam sebuah tulisan tentang riwayat hidup orang kudus ini, dapat dikatakan mencerminkan juga gelar-gelar bagi Maria yang digunakan oleh Fransiskus sendiri semasa hidupnya di muka bumi ini. Gelar-gelar itu sendiri, yang begitu ‘bertubi-tubi’ muncul dalam sebuah petikan bacaan yang relatif singkat, memberikan indikasi betapa mendalam devosi Fransiskus kepada Bunda Maria, yang memang berakar di tempat yang istimewa ini. Portiuncula, yang berarti ‘bagian yang kecil’, ‘porsi yang kecil’ (Inggris: small portion), memang merupakan tempat kelahiran keluarga besar Fransiskan! Berkah Dalem.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar