Selasa, 22 Februari 2022
Kasih yg nyata
Kamis, 03 Februari 2022
Maria oh Maria
Pace e Bene fratelli.
Totus Tuus motto kerasulan St. Bapa Paus Yohanes Paulus IIMotto ini berarti "sepenuhnya milikmu" dan menunjukkan devosinya kepada Maria yang sangat kuat, serta rasa hormatnya pada Santo Louis de Montfort beserta karya-karya Mariologi-nya.
Menurut Surat Apostolik-nya Rosarium Virginis Mariae ia meminjam motto tersebut dari doa konsekrasi pada Maria yang ditemukannya di dalam buku "Devosi Sejati kepada Maria" karya Santo Louis de Montfort. Naskah lengkap dari doa tersebut dalam Bahasa Latin adalah: "Tuus totus ego sum, et omnia mea tua sunt" ("Aku adalah sepenuhnya milik-Mu, dan semua yang kupunya adalah milik-Mu"). Paus Yohanes Paulus II pernah menceritakan kembali bagaimana ketika masih sebagai seorang murid seminari muda ia "membaca dan membaca kembali berulang kali serta mendapatkan manfaat rohani yang luar biasa" beberapa tulisan Santo Louis de Montfort, dan bahwa:
- "Kemudian aku mengerti bahwa aku tidak dapat meniadakan Bunda Allah dalam hidupku tanpa mengabaikan kehendak Tuhan yang Trinitas"
- Dalam hidup kita sbg umat Kristiani,kita pun tdk serta merta melepaskan peran Bunda Maria dlm setiap langkah hidup kita, semasa Tuhan kita Yesus Kristus di dunia Dia pun juga sering tidak bisa lepas dr peran Bunda Maria mulai saat Dia lahir sampai Ia bangkit mulia mengalahkan maut dan dosa.
- Tempatkanlah Bunda Maria pada posisi sentral di tengah hidup kita jadikanlah Maria sbg andalan kita utk datang pada Allah Bapa. Dia akan senantiasa hadir bagi kita bersama doa²nya, dengan demikian kita pun setiap hari akan merasakan kasih dan penyelenggaraan Ilahi di tengah hidup kita.
- Kita adalah milik Allah dlm Kristus Yesus, sebab Kristus sendiri jg milik Allah (1Kor 3:23) terlebih Maria dia jg milik Allah, dlm Maria terciptalah karya keselamatan bagi segenap makhluk di dunia yg di wujudkan oleh pengurbanan Kristus di jalan salib.
- Mengenai Bunda Maria, St. Fransiskus Assisi pernah menegaskan hal yg demikian :“Aku, Saudara Fransiskus, orang kecil ini, mau mengikuti hidup dan kemiskinan Tuhan kita Yesus Kristus Yang Mahatinggi serta ibu-Nya yang tersuci, dan mau bertekun di dalamnya hingga akhir.” [PesAkh 1]
- Tulisan Santo Fransiskus di atas, yang dipetik dari ‘Pesan Akhir untuk Santa Klara’, secara ringkas menggambarkan devosi orang kudus ini kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria. Dengan satu kalimat ini, Fransiskus mencanangkan dua aspek hakiki hidup para pengikutnya, yaitu sentralitas dari ‘mengikuti jejak Yesus Kristus’, dan implikasi yang kuat dan tak terhindarkan dari Santa Perawan Maria dalam pribadi, hidup dan ‘takdir’ Yesus dari Nazaret. [GL I, hal. 102][1]
- Sesuai dengan bukti-bukti yang selama ini telah berhasil ditemukan dalam sumber-sumber Fransiskan, maka devosi kepada Bunda Maria adalah sebuah bagian integral dari kehidupan spiritual Santo Fransiskus [AW, hal. 136]. Dari pembacaan berbagai riwayat hidup awal tentang Fransiskus dan dari tulisan-tulisannya sendiri kita dapat melihat, bahwa Santa Perawan Maria, Bunda Allah menempati tempat yang istimewa dalam kehidupan orang kudus ini. Fransiskus mempertalikan rahmat panggilannya sendiri dengan Bunda Maria. Melalui Maria-lah Fransiskus memperoleh wawasan yang jelas mengenai sifat dari cara hidup baru yang diwahyukan oleh Kristus kepadanya.
Bunda Maria sendiri telah dihormati sepanjang masa dengan berbagai gelar yang diberikan kepadanya oleh umat (Gereja) dari abad ke abad. Dari tulisan-tulisannya sendiri, teristimewa dalam doa-doanya, dan dari apa yang diceritakan dalam beberapa riwayat hidupnya yang awal, Fransiskus pun menyebut/menyapa Maria dengan menggunakan sejumlah gelar yang berbeda-beda, rupa-rupa gambaran Maria, namun saling melengkapi satu sama lain.
Kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih jernih tentang relasi unik antara Fransiskus dengan Maria, apabila kita dapat menentukan bagaimana dia mengalami pengaruh Maria dalam kehidupan spiritualnya. Tulisan ini mencoba menggambarkan secara relatif singkat hidup devosional Fransiskus kepada Bunda Maria, lewat bacaan-bacaan dan permenungan atas hidup orang kudus ini seperti dilukiskan dalam riwayat hidupnya yang awal, dan juga berdasarkan tulisan-tulisannya, termasuk doa-doanya.
Beberapa gambaran hidup devosional Santo Fransiskus kepada Bunda Maria seperti terdapat dalam beberapa riwayat hidupnya yang awal
Salah satu gambaran devosi Fransiskus kepada Bunda Maria diberikan oleh Beato Thomas dari Celano sebagai berikut:
Terhadap bunda Yesus ia dipenuhi dengan suatu cinta kasih yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, karena dialah (= Maria) yang membuat Tuhan Yang Maha Agung menjadi Saudara kita. Ia (= Fransiskus) melambungkan puji-pujian khusus kepadanya, menghaturkan doa-doa kepadanya, mempersembahkan afeksinya kepadanya sedemikian banyak dan begitu agung sehingga lidah manusia tidak dapat menceritakan segalanya itu. Namun yang sangat menyenangkan kita adalah, bahwa dia membuat Maria sebagai pembela dari ordo dan menempatkan anak-anaknya yang segera akan ditinggalkan olehnya (= Fransiskus) di bawah naungan sayapnya (= Maria), sehingga dia dapat menghargai dan melindungi mereka sampai akhir [2Cel 198; bdk. LegMaj IX:3].
Santo Bonaventura menceritakan, bahwa setelah menyelesaikan perbaikan gereja San Damiano, maka untuk menghindarkan diri dari sifat malas, Fransiskus pun mulai mengerjakan perbaikan gereja Santo Petrus yang letaknya agak lebih jauh dari kota Assisi, karena devosinya yang khusus kepada Pangeran para Rasul itu (Petrus) [lihat LegMaj II:7]. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di gereja Santo Petrus, Fransiskus datang ke suatu tempat yang dinamakan Portiuncula. Di tempat ini ada sebuah gereja tua yang didedikasikan kepada Santa Perawan Bunda Allah. Pada waktu Fransiskus datang ke situ, gereja itu sudah ditinggal kosong tak terurus. Dengan kata-katanya sendiri Bonaventura melanjutkan:
Fransiskus mempunyai devosi secara istimewa kepada Ratu dunia, dan ketika dia melihat, bahwa gereja itu sudah ditinggalkan tak terurus, maka dia mulai berdiam di situ secara tetap agar dapat memperbaikinya. Ia mendengar, bahwa malaikat-malaikat seringkali mengunjungi gereja itu [bdk. 1Cel 106], maka gereja itu biasa disebut gereja ‘Santa Maria para malaikat’, dan ia mengambil keputusan untuk diam di situ secara permanen, karena rasa hormatnya terhadap para malaikat dan cintanya kepada Bunda Kristus. Ia mencintai tempat ini lebih daripada tempat-tempat lain di dunia. Di sinilah ia memulai hidup religiusnya secara kecil-kecilan; di sini dia membuat kemajuan luar biasa, dan ke sini pula dia datang kembali untuk suatu akhir yang membahagiakan. Menjelang ajalnya, dia mempercayakan tempat ini kepada para saudara, karena tempat ini adalah tempat amat tersayang bagi Santa Perawan [LegMaj II:8; bdk. 1Cel 88 dan 106].
Dari petikan tulisan Bonaventura ini kita dapat melihat, bahwa ada beberapa gelar Maria yang disebutkan, yaitu ‘Ratu dunia’, ‘Santa Maria para malaikat’, ‘Bunda Kristus’ dan ‘Santa Perawan’. Gelar-gelar yang diberikan seorang pengikut Fransiskus (Bonaventura) kepada Maria dalam sebuah tulisan tentang riwayat hidup orang kudus ini, dapat dikatakan mencerminkan juga gelar-gelar bagi Maria yang digunakan oleh Fransiskus sendiri semasa hidupnya di muka bumi ini. Gelar-gelar itu sendiri, yang begitu ‘bertubi-tubi’ muncul dalam sebuah petikan bacaan yang relatif singkat, memberikan indikasi betapa mendalam devosi Fransiskus kepada Bunda Maria, yang memang berakar di tempat yang istimewa ini. Portiuncula, yang berarti ‘bagian yang kecil’, ‘porsi yang kecil’ (Inggris: small portion), memang merupakan tempat kelahiran keluarga besar Fransiskan! Berkah Dalem.
Menemukan Kristus yg hidup dalam Salib San Damiano
Pace e Bene fratelli.
Kita mengetahui bersama, bahwa sesungguhnya Gereja Katolik mempunyai kekayaan rohani yg sangat banyak, salah satu diantara sekian kekayaan rohani tersebut adalah Salib San Damiano. Banyak buku yg di cetak terlebih dr kalangan Ordo Fransiska yg banyak bercerita tentang salib tersebut.
Sepintas bagi orang yang sungguh cermat memandangnya pasti bertanya mengapa salib ini berbeda dari biasanya?
Salib San Damiano ini, menurut cerita orang adalah salib yang paling banyak tersebar di seluruh dunia. Salib ini menjadi harta kekayaan rohani untuk persaudaraan Fransiskan (Pengikut St. Fransiskus Asisi). Sepanjang segala abad para pecinta spritualitas St. Fransiskus Asisi itu, bertekuk lutut di depan salib ini untuk memohon terang, agar mereka dapat menunaikan perutusan mereka di dalam Gereja. St. Fransiskus Asisi setiap kali memandang Salib ini berdoa demikian: “Allah yang maha tinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku dan berilah aku iman yang benar dan kasih yang sempurna, agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu yang kudus dan tak menyesatkan”.
Ketika kita mengamati dan memandang Salib ini, kita langsung dihadapkan pada Wajah Kristus di tengah. Dia menutupi sebagian besar dari Salib itu. Wajah itu kelihatan sangat anggun, suci dan tenang. Akan tetapi, lebih dari itu, Kristus melepaskan diri dari latar belakang tulisan ini. Kristus lebih ditonjolkan dari pada tokoh-tokoh lainnya (Maria dan Yohanes di sebelang kanan Yesus, dan seorang tentara Romawi sambil memegang tombak. Disebelah kiri-Nya berdirilah tiga tokoh 2 wanita dan satu pria yakni Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus, di samping mereka bedirilah seorang perwira Romawi di Pada bagian kaki-Nya berdirilah Petrus dengan dua kunci dan Paulus) seolah-olah Ia berdiri di depan mereka.
Sejenak melihat tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam Salib ini mengingatkan kita bahwa merekalah orang yang menjenguk makam Yesus pada Paskah pagi. Di belakang lengan dan kakinya tampaklah warna gelap dari makam yang kosong. Warna ini adalah tanda kegelapan. Akan tetapi, kegelapan itu dikalahkan oleh terang yang berasal dari tubuh-Nya. Di bagian atas nampaklah seorang Pribadi: yang ternyata adalah Kristus yang naik ke surga yang disambut oleh para malaikat. Pada bagian atas terdapat setengah lingkaran. Lingkaran itu melambangkan Bapa yang bertahta dalam kerajaan-Nya. Kristus memperkenalkan Bapa, sekaligus Bapa tetap tinggal di antara kita sebagai Allah yang tidak dikenal, tidak terangkum, unggul di atas segala-galanya.
Kalau boleh dikatakan bahwa seniman yang melukis salib ini ingin menonjolkan sisi Terang dari Kristus sendiri yang mungkin ia diinspirasi oleh Penginjil Yohanes, yakni Kristus sebagai Terang, namun sekaligus Kristus yang dimuliakan. Kristus yang digambarkan dalam Salib ini tanpa sokongan sedikit pun. Dia sungguh-sungguh memegang Salib itu. Dia tidak bergantung. Dia tidak bermahkotakan duri, namun mahkota kemuliaan. Lengan-Nya direntangkan lebar-lebar, karena Ia ingin merangkul alam semesta. Telapak tangannya terbuka agar dapat mencakup semua manusia.
Kristus yang ditampilkan dalam Salib San Damiano ini sungguh dan layak untuk dikagumi karena kepadatan teologis. Dari Salib ini kita diajak untuk percaya dalam misteri Tritunggal dan kepenuhan Kristus, dalam penjelmaan-Nya, wafat dan Kebangkitan-Nya. Dari salib ini kita meyakini bahwa Kristus tidak hanya disalib, namun Ia berdiri di tengah-tengah umat, hal itu dilambangkan oleh beberapa tokoh yang mengelilingi-Nya dan menjadi saksi kebangkitan-Nya. Semoga ketika kita melihat Salib San Damiano tidak hanya berhenti untuk memandannya, tetapi sampai pada muatan nilai rohani yang terkandung di dalamnya sebagai “jurus ampuh kita” dalam menaungi lika-liku hidup ini.
Melalui Salib San Damiano ini, seakan Allah ingin mengingatkan kita bahwa Dia senantiasa hidup dan merajai hidup kita, dlm wajah Kristus yg hidup itu pula, kita diingatkan agar kita jangan mudah frustasi dan putus asa dlm menjalani luka liku hidup ini.
Dia tidak mati melainkan Dia akan selalu hidup utk menuntun kita agar kita senantiasa mengandalkan Dia dlm segala pergulatan batin dan hidup kita. Jika kita selalu tinggal bersama Sang Terang Hidup itu, percayalah kita akan melihat segala kemuliaan dan kuasa Bapa secara ajaib dan tiada terduga bagi hidup kita.
Hiduplah selalu dlm Kristus maka Dia pun akan semakin hidup dan tinggal di tengah kita. Berkah Dalem.